Divide Digital:
Scarcity, Inequality,
and Conflict
Konsep Kesenjangan Digital
´Konsep
“kesenjangan
digital” (digital divide)
pertama
kali diperkenalkan
dalam
laporan
The National Telecommunication and Information Administration (NTIA)—Kesenjangan
digital adalah sebuah keadaaan di mana
akses
terhadap
koneksi
internet dan semua layanan yang
tersedia
melalu
internet tidak merata.
´Kesenjangan
digital, sebagaimana ditambahkan
Steyn
& Johnson (2011), tidak hanya berhubungan dengan
akses
fisik
(baca:
infrastruktur).
Kesenjangan
digital juga berhubungan dengan
kesenjangan
dalam
bidang
ekonomi,
politik,
sosial,
budaya,
gender, etnisitas, geografis,
dan
demografis.
´Persoalan
kesenjangan
ini
terus
mengiringi
perkembangan
teknologi
informasi.
Terlebih
bagi
negara
dunia
ketiga,
persoalan
ini
adalah
momok
bagi
pembangunan.
Bahkan
di negara maju sekali pun, dengan masyarakat yang
“melek”
terhadap
teknologi
digital, hambatan dalam
akses
TIK masih saja terjadi
Penyebab Terjadinya Kesenjangan Digital
PENYEBAB
TERJADINYA KESENJANGAN DIGITAL
1.Infrastruktur
Infrastruktur
merupakan sebuah fasilitas pendukung, seperti infrastruktur listrik, internet,
komputer dan lain.
Contoh
gampang mengenai kesenjangan infrastruktur ini, orang yang punya akses ke
komputer bisa bekerja dengan cepat.
Ia
bisa menulis lebih cepat ketimbang mereka yang masih menggunakan mesin ketik
manual.
Contoh
yang lain, orang yang mempunyai akses ke komputer dan ke Internet, otomatis
mempunyai wawasan yang lebih luas
ketimbang
mereka yang sama sekali tidak punya akses ke informasi di Internet yang serba
luas.
2. Kekurangan Skill
(SDM)
Sumber
daya manusia sangat berpengaruh dalam dunia ilmu teknologi dan informasi karena
SDM ini menentukan biasa tidaknya seorang mengoperasikan atau mengakses sebuah
informasi.
3. Kekurangan Isi / Materi (Content)
Content berbahasa Indonesia menentukan bisa tidaknya seorang dapat mengerti mengakses Internet, di Indonesia terutama kota-kota tingkat pendidikan sudah lebih tinggi. Jadi, sedikit banyak sudah mengerti bahasa Inggris. Sedangkan yang di desa, seperti petani-petani, mereka masih sangat kurang dalam menggunakan bahasa asing (Inggris).
4.Kekurangan Pemanfaatan Akan Internet Itu Sendiri
Berbicara
mengenai kesenjangan digital, bukanlah semata-mata persoalan infrastuktur.
Banyak orang memiliki komputer, bahkan setiap hari, setiap jam- bisa mengakses
Internet tetapi "tidak menghasilkan apapun".
Misal,
ada seorang remaja punya akses ke komputer dan Internet. Tapi yang dia lakukan
hanya chatting yang biasa-biasa saja.
Tentu
saja,
ia tidak bisa menikmati keuntungan-keuntungan yang diberikan oleh teknologi
digital. Itu artinya, kesenjangan digital tidak hanya bisa dijawab dengan
penyediaan infrastruktur saja.
Infrastruktur
tentu
dibutuhkan tetapi persoalannya adalah ketika orang punya komputer dan bisa
mengakses Internet, pertanyaan berikutnya adalah, "apa yang mau diakses?
Apa yang mau dia kerjakan dengan peralatan itu, dengan keunggulan-keunggulan
teknologi itu.
Dampak Positif dan Negatif Digital Divide
Dampak positif
kesenjangan
digital bagi sebagian
orang yang belum mengenal atau
menerapkan
teknologi
adalah
masyarakat
dapat
termotifasi
untuk
ikut
ambil
bagian
dalam
peningkatan
teknologi
informasi
Teknologi informasi
merupakan
teknologi
masa kini yang dapat menyatukan atau
menggabungkan
berbagai
informasi,
data dan sumber untuk dimanfaatkan
sebagai
ilmu
bagi
kegunaan
seluruh
umat
manusia
melalui
penggunaan
berbagai
media dan peralatan telekomunikasi
modern.
Dengan menggunakan berbagai
media, peralatan telekomunikasi
dan
computer canggih, Teknologi
Informasi
akan
terus
berkembang
dan
mempunyai
peranan
yang sangat penting dalam
kehidupan
dan
peradaban
umat
manusia
di seluruh dunia.
Kemajuan
peradaban
manusia
di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi
pada
abad
informasi
ini
telah
memudahkan
manusia
berkomunikasi
antara
satu
dengan
lainnya.
Dampak
negatif kesenjangan
digital adalah bagi mereka yang
mampu menghasilkan teknologi dan sekaligus memanfaatkan teknologi memiliki peluang lebih besar untuk mengelola sumber daya ekonomi, sementara yang
tidak memiliki teknologi harus puas sebagai penonton saja. Akibatnya yang
kaya semakin kaya
dan yang
miskin tetap miskin.
Kemajuan Teknologi Informasi itu terlahir dari sebuah kemajuan
zaman, bahkan mungkin ada yang
menolak anggapan, semakin tinggi tingkat kemajuan yang
ada, semakin tinggi pula
tingkat kriminalitas yang
terjadi.
Kehadiran
internet ditengah masyarakat menimbulkan dampak positif dan Negatif, ibarat sebilah pisau, tergantung pemakainnya. Bila digunakan untuk hal-hal yang
benar dan bermanfaat akan sangat membantu menyelesaikan pekerjaan, tetapi jika jatuh ditangan
orang jahat akan membahayakan
orang lain. Misalnya ; Pembobolan
Kartu
Kredit, pembobolan kartu kredit
(Credit Card Fraud) dengan
modus mencuri dan memalsukan kartu kredit. Perbuatan ini menimbulkan kerugian pada pemilik kartu Bank
penerbit bahkan merugikan
Negara.
Solusi Mengurangi Kesenjangan Digital
1. Langkah
yang terbaik untuk mengurangi kesejangan digital adalah menyiapkan masyarakat
untuk bisa menangani, menerima, menilai, memutuskan dan memilih informasi yang
tersedia.
´Penyiapan kondisi psikologis bagi
masyarakat untuk menerima, menilai, memutuskan dan memilih informasi bagi diri
mereka sendiri akan lebih efektif dan mendewasakan masyarakat untuk bisa
mengelola informasi dengan baik. Dengan kemajuan teknologi informasi seseorang
atau masyarakat akan mendapat kemudahan akses untuk menggunakan dan memperoleh
informasi. Misalnya dengan mengadakan penyuluhan kesekolah-sekolah tentang
penggunaan Internet.
´
´2.
Pembangunan fasilitas telekomunikasi antara kota dan desa, sehingga setiap
masyarakat yang ingin mengakses informasi dapat tercapai dengan tersedianya
fasilitas telekomunikasi yang memadai. Wartel dan Warnet memainkan peranan
penting dalam mengurangi digital divide. Warung Telekomunikasi dan Warung
Internet ini secara berkelanjutan memperluas jangkauan pelayanan telepon dan
internet, baik di daerah kota maupun desa.
Contoh Kesenjangan Digital di Indonesia
Masalah kesenjangan
digital (digital divide) di Indonesia sebenarnya banyak
dipengaruhi
oleh
tidak
meratanya
pembangunan
infrastruktur
jaringan
komunikasi
dan
regulasi
di berbagai daerah.
Sebagai
contoh,
adanya
perbedaan
pola
hidup
antara
masyarakat
perkotaan
dan
pedesaan
di daerah-daerah
yang sudah maju.
Masyarakat perkotaan
di daerah yang sudah maju mempunyai kemampuan
dan
wawasan
yang lebih tinggi akan teknologi informasi
dibandingkan
masyarakat
perkotaan
yang hidup di daerah kurang maju. Demikian
pula, masyarakat pedesaan
di daerah yang sudah maju, mereka akan mempunyai pengetahuan
yang sedikit lebih
tinggi
untuk
mengenal
teknologi
informasi
dibanding
masyarakat
pedesaan
di daerah yang kurang maju (bahkan tidak terjangkau jaringan
komunikasi
sama
sekali).
Padahal, jika
ditilik
dari
antusiasme
masyarakat
itu
sendiri,
bisa
dikatakan
bahwa
masyarakat
yang pernah mengalami usia
anak-anak
hingga
remaja
di milenium ketiga
ini,
dipastikan
sudah
mengenal
piranti
cerdas
yang disebut komputer.
Dengan
demikian,
antusiasme
untuk
mengenal
lebih
jauh
tentang
komputer
dan
internet bagi kebanyakan masyarakat
sangat
tinggi
sesuai
dengan
tuntutan
perkembangan
zaman.
Kepemilikan komputer
bagi
setiap
individu
di masyarakat bukanlah
menjadi
sesuatu
yang sulit didapatkan untuk
saat
ini,
mengingat
harga
komputer
yang semakin hari
semakin
terjangkau
dengan
berbagai
pilihan.
Kendala
serius
yang dihadapi pemerintah
untuk
mewujudkan
masyarakat
informasi
justru
terletak
pada
cara
pandang
masyarakat
mengenai
kebergunaan
komputer
itu
sendiri
yang tidak hanya dipatok sebagai
barang
mewah
yang kaya hiburan.
Akan tetapi, sudah saatnya kita
sebagai
ahli
teknologi
informasi
meyakinkan
dan
melatih
masyarakat
untuk
mengenalkan
bahwa
komputer
adalah
piranti
cerdas
yang mampu meningkatkan
produktivitas,
lapangan
kerja,
dan
ketersediaan
informasi
yang cepat dan mudah digunakan di berbagai
aspek
bidang
kehidupan.
Peran mahasiswa teknologi
informasi
untuk
mendukung
pemerintah
dalam
mewujudkan
masyarakat
informasi
di tahun 2025 tidaklah mustahil
jika
dicanangkan
sejak
sekarang.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dan
dapat
direalisasikan
secara
berkelanjutan
yaitu
melalui
program Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang mengangkat
jargon Pemberdayaan
Pembelajaran
Masyarakat,
yang diadakan setiap
semester di berbagai perguruan
tinggi
di Indonesia. Tidak ada salahnya apabila
pihak
universitas
dan
pemerintah
bekerja
sama
untuk
membentuk
tema
khusus
yang berkaitan dengan
pengenalan
teknologi
informasi
di masyarakat, sedangkan
mahasiswa
bertindak
sebagai
pelakunya.
Langkah konkrit
yang dapat dilakukan oleh
seorang
mahasiswa
untuk
mengatasi
kesenjangan
tersebut
dapat
dilakukan
dengan
berbagai
tahap
dan
metode
pembelajaran.
Pertama,
diawali
dengan
sosialisasi
dan
pengenalan
yang mendasar tentang
pentingnya
masyarakat
informasi
agar dapat bersaing dengan
dunia
global. Kedua, perlunya pelatihan
dan
pembelajaran
secara
bertahap
sesuai
dengan
kemampuan
sumber
daya
dan
prasarana
yang dimiliki setiap
individu
masyarakat.
Ketiga,
menanamkan
pola
pikir
masyarakat
akan
pentingnya
media informasi untuk
meningkatkan
produktivitas
kerja
di berbagai aspek
kehidupan.
Untuk itu, sudah saatnya peran
mahasiswa
teknologi
informasi
dibantu
oleh
pemerintah
dan
masyarakat
digalakkan
di berbagai pendidikan
tinggi
Indonesia untuk menghadapi masalah
kesenjangan
digital yang terlalu renggang,
sehingga
kelak
mimpi
Indonesia mewujudkan masyarakat
informasi
benar-benar
bisa
dirasakan
setiap
lapisan
masyarakat
di mana pun mereka tinggal.
´