PERANAN KOORDINASI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI
PADA KANTOR DINAS PEKERJAAN UMUM
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Sri Wahyuni1
1Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas 17
Agustus 1945 Samarinda, Samarinda. Indonesia.
wahyuni@gmail.com
ABSTRACT
To made the worker productivity in bureaucracy
needed efectively coordination. The writer opinion management functions needed
bureaucracy system in efficiency and effective public service The work effectively shown to productivity of
operational system
This research aims: 1) To get answer the
question from writer. 2) To get answer so reserach hypotesis..
The result analyse the data obtained a the following
result: 1) [Relation] co-ordinate with the work productivity of officer at
Office On Duty Public Work of Provency Kalimantan Timur very weak 2) Effective
coordination happened in officer storey;level in informal atmosphere, on the
contrary coordination of leader with the subordinate take place less be
effective caused less konsisitennya programs work
Keywords: coordination,
effective
I.
PENDAHULUAN
Penetapan
mekanisme dalam suatu kegiatan sangat penting untuk mengkoordinasi pekerjaan
atau mengorganisasi satu kesatuan yang harmonis. Pada waktu individu-individu dalam departemen
melaksanakan aktivitas sendiri, tujuan organisasi secara menyeluruh mungkin
akan terabaikan atau mungkin timbul konflik diantara anggota.
Mekanisme
pengkoordinasian memungkinkan anggota organisasi untuk tetap mengarahkan
aktivitasnya kearah pencapaian tujuan organisasi dan mengurangi
ketidakefisienan serta konflik yang merusak. Pengkoordinasian dimaksudkan agar
para manajer mengkoordinir sumber daya manusia dan sumber daya lain yang
dimiliki organisasi tersebut. Kekuatan
suatu organisasi tergantung pada kemampuannya untuk menyusun berbagai sumber
dayanya dalam mencapai suatu tujuan.
Setiap
organisasi mempunyai keterbatasan akan sumber daya manusia, uang dan fisik
untuk mencapai tujuan organisasi. Keberhasilan mencapai tujuan tergantung pada
pemilihan tujuan yang akan dicapai dengan cara menggunakan sumber daya untuk
mencapai tujuan tersebut. Agar tujuan organisasi tersebut dapat tercapai sesuai
dengan apa yang diharapkan, maka salah satu aspek yang diperhatikan adalah
faktor manusia.
Dalam
upaya meningkatkan produktivitas pegawai di lingkungan birokrasi diperlukan
koordinasi yang efektif. Hal inilah yang
mendasari pemikiran penulis bahwa fungsi-fungsi manajemen (termasuk koordinasi)
perlu dijalankan di lingkungan birokrasi dalam pelaksanaan tugas birokrat
memberi pelayanan bagi publik secara efektif dan efisien.
Pegawai Negeri adalah unsure Aparatur Negara, Abdi
Negara dan Abdi Masyarakat yang harus setia dan taat kepada Pancasila dan
Undang-Undang Dasr 1945 dalam melaksanakan tugasnya sebagai aparatur pemerintah
dan pelaksana pembangunan, yang memiliki wibawa, berdaya guna, berkualitas
tinggi, dan sadar akan tanggung jawabnya.
Sebagaimana diketahui bahwa organisasi atau kantor
dalam usahanya untuk mencapai tujuan perlu ditunjang oleh beberapa unsur
seseorang yang diberi wewenang dalam suatu kantor harus memiliki dedikasi yang
tinggi, semangat kerja yang tinggi serta bertanggung jawab dan
didukung pula oleh pengadaan sarana fisik kantor lainnya yang turut mempelancar
kegiatan pencapian tujuan yang telah ditentukan.
II.
PERMASALAHAN
Penelitian yang dilakukan oleh penulis
termasuk kategori mencari hubungan antara dua fenomena yaitu hubungan
pengawasan dengan disiplin kerja.
Sehingga penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Peranan Koordinasi Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai
Pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi
Kalimantan Timur. ”.
III. METODE PENELITIAN
Penelitian
ini dilakukan pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Timur
Penentuan sampel dilakukan secara sensus yaitu sebanyak 25 orang responden. Pengumpulan data dengan cara Library Research dan Field Work Research
Penelitian
yang dilakukan oleh penulis merupakan penelitian verifikatif atau yang bersifat kausalitas, yakni
penelitian yang mencari hubungan antara variabel sebab dengan variabel akibat. Hubungan yang dimaksud adalah hubungan
antara koordinasi (Independent variable)
dengan produktivitas kerja pegawai (Dependent
variable. Alat analisis yang
digunakan untuk menegtahui hubungan antara kedua variabel yang diajukan dalam
penelitian ini, penulis menggunakan rumus perhitungan Koefisien Product Moment (rxy). Uji signifikansi koefisien korelasi
menggunakan uji t, yaitu: t = pada taraf 10% uji
dua sisi.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Variabel Koordinasi
Koordinasi menurut Chung dan Megginson
(1981: 41), dapat didefinisikan sebagai proses motivasi, memimpin, dan
mengkomunikasikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan Sutisna (1989: 32) mendefinisikan
koordinasi ialah proses mempersatukan sumbangan-sumbangan dari orang-orang,
bahan, dan sumber-sumber lain ke arah tercapainya maksud-maksud yang telah
ditetapkan.
Lebih lanjut Handoko (2009: 362)
menyebutkan tujuan dan manfaat dari koordinasi itu sendiri, adalah:
a.
Untuk
mewujudkan KISS (koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplikasi) agar
tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
b.
Memecahkan
konflik kepentingan berbagai pihak yang terkait.
c.
Agar
manajer mampu mengintegrasikan dan mensikronkan pelaksanaan tugas-tugasnya
dengan stakeholders pendidikan yang saling bergantungan, semakin besar
ketergantungan dari unit-unit, semakin besar pula kebutuhan pengkoordinasian.
d.
Agar
manajer mampu mengintegrasikan kegiatan fungsional dan tujuan-tujuan dari unit
organisasi yang terpisah-pisah untuk mencapai tujuan bersama dengan sumberdaya
yang terbatas secara efektif dan efisien.
e.
Adanya
pembagian kerja dimana semakin besar pembagian kerja, semakin diperlukan
pengkoordinasian/penyerasian sehingga tidak terjadi duplikasi atau tumpang
tindih pekerjaan yang menyebabkan pemborosan.
f.
Untuk
mengembangkan dan memelihara hubungan yang baik dan harmonis di antara
kegiatan-kegiatan, baik fisik maupun nonfisik dengan para stakeholder.
g.
Untuk
memperlancar pelaksanaan tugas dalam rangka mencapai tujuan organisasi dengan
sumberdaya yang terbatas.
h.
Mencegah
terjadinya konflik internal dan eksternal organisasi yang kontra produktif.
i.
Mencegah
terjadinya kekosongan ruang dan waktu, serta persaingan yang tidak sehat.
4.1.1.
Indikator Model
Komunikasi yang Digunakan
Untuk dapat memperlancar proses terjadinya
koordinasi diperlukan model komunikasi yang efektif, baik dalam satu lingkup
bidang kerja maupun antar bidang, serta antara individu-individu di
dalamnya. Dalam penyajian data Model
Komunikasi yang Digunakan ini jawaban responden ditabulasikan berdasarkan hasil
wawancara terhadap responden yang merupakan Pegawai Pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Timur.
Rata-rata jawaban responden berada pada
rentang 2 hingga 2,7 yang berarti bahwa model komunikasi yang paling efektif
yang diterapkan di lingkungan kerja Dinas Pekerjaan
Umum Provinsi Kalimantan Timur adalah koordinasi dengan jalan pertemuan atau
tatap muka langsung antara pihak-pihak terkait guna mencegah terjadinya kesalah
pahaman. Penggunaan alat-alat bantu
komunikasi hanya sebagai sarana untuk berlangsungnya koordinasi yang dimaksud.
4.1.2.
Indikator Cara
Menyampaikan Instruksi (Perintah)
Cara menyampaikan instruksi (perintah)
dimaksud di sini adalah cara-cara yang digunakan atasan dalam memerintahkan
bawahannya guna pencapain tujuan organisasi. Rata-rata jawaban responden berada
pada rentang 1,33 hingga 2,67 yang berarti bahwa dalam menyampaikan
perintahnya, seorang atasan akan lebih didengar atau diikuti oleh bawahannya
apabila perintah tersebut dilakukan dengan cara-cara yang lebih manusiawi,
dalam arti melalui pendekatan perseorangan.
Perintah yang dilakukan dapat saja bersifat penting yang melibatkan
banyak pihak, namun bila dilakukan dengan cara perintah langsung akan jauh
tidak efektif bila dilakukan dengan cara menuliskannya pada selembar kertas
(misalnya: membuat SK kegiatan).
4.1.3.
Indikator
Kemampuan dalam Mengakomodir Suatu Kepentingan
Kemampuan dalam Mengakomodir Suatu
Kepentingan yang dimaksud adalah
bagaimana setiap orang yang ada di Dinas Pekerjaan
Umum Provinsi Kalimantan Timur mampu menjalankan tugas-tugasnya yang tidak
terlepas dari adanya kepentingan di atasnya.
Rata-rata
jawaban responden berada pada rentang 1,67 hingga 2,67 yang berarti bahwa dalam
melaksanakan tugas sehari-hari sebagai seorang birokrat tidak terlepas dari adanya
kepentingan-kepentingan tertentu yang harus terakomodir. Di sinilah diperlukan kemampuan untuk
mengakomodir kepentingan yang dimaksud tanpa mengorbankan diri sendiri, karena
adakalanya suatu kepentingan didahulukan dan mengorbankan kepentingan lainnya
yang dianggap tidak berpotensi menimbulkan konflik.
Selanjutnya dari rata-rata nilai yang
diberikan responden disatukan untuk mengetahui tanggapan responden terhadap
Variabel Koordinasi secara lengkap.
Hasil penggabungan yang dimaksud nampak bahwa indikator yang memiliki
nilai tertinggi adalah Indikator Model Komunikasi yang Digunakan, Kemampuan
dalam Mengakomodir Suatu kepentingan, kemudian Cara Menyampaikan Instruksi
(Perintah).
4.2.
Variabel
Produktivitas Kerja
Sinungan (1987: 44) kesempatan utama dalam
meningkatkan produktivitas manusia terletak pada kemampuan individu, sikap
individu dalam bekerja, serta manajemen maupun organisasi kerja. Untuk menjawab pertanyaan, mampukah buruh
bekerja lebih baik? Dan tertarikkah pekerja untuk bekerja lebih giat?, maka
terdapat dua kelompok syarat bagi produktivitas perorangan yang tinggi Pertama, sedikitnya meliputi:
a.
Tingkat
pendidikan dan keahlian.
b.
Jenis
teknologi dan hasil produksi
c.
Kondisi
kerja
d.
Kesehatan,
kemampuan fisik dan mental.
Kedua,
mencakup:
a.
Sikap
(terhadap tugas), teman sejawat, dan pengawas
b.
Keanekaragaman
tugas
c.
Sistem
insentif ( sistem upah dan bonus)
d.
Kepuasan
kerja
e.
Keamanan
kerja
f.
Kepastian
pekerjaan
g.
Perspektif
dari ambisi dan promosi
Selanjutnya,
untuk meningkatkan produktivitas kerja pegawai perlu adanya penyempurnaan tata
kerja. Penyempurnaan tata kerja yang
dimaksud adalah pengaturan kembali secara sistematis tentang cara-cara kerja,
perlengkapan-perlengkapan, alat-alat dan keadaan-keadaan kerja sehingga bisa
mampu mengurangi kelelahan pekerja dan menaikkan efisiensi dan kualitas produksi. (Thoha, 1973: 10).
Produktivitas
akan lebih baik dan meningkat dengan adanya penyempurnaan tata kerja, dan ini
akan berhasil apabila semua yang terlihat di dalam suatu organisasi (baik
pemimpin maupun bawahan) memahami usaha tersebut dan mngetahui pula tujuan yang
akan dicapai.
4.2.1.
Efisiensi Waktu
dalam Pengerjaan Suatu Kegiatan
Efisiensi waktu dalam pengerjaan suatu
kegiatan menunjukkan bahwa koordinasi dapat menghemat waktu pengerjaan suatu
proyek. Apabila setiap bagian dalam
lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Timur bekerja
sendiri-sendiri untuk kepntingan yang sama maka akan sangat tidak efisien bila
dibandingkan dengan penyatuan kegiatan menjadi satu kegiatan secara terpadu dan
terkoordinasi.
Rata-rata jawaban responden berada pada
rentang 1,67 hingga 2,33 yang berarti bahwa di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Timur upaya koordinasi
kadang-kadang saja dilakukan. Kalaupun
ada koordinasi hanya sebatas pembicaraan di dalam ruang rapat, namun ketika
keluar koordinasi relatif sukar dilakukan. Kesulitan dalam berkoodinasi kurang
mendapat dukungan dari unsur pimpinan, sehingga ada kesan setiap orang hanya
bekerja menurut pekerjaannya masing-masing.
4.2.2.
Indikator
Efektifitas Pencapaian Target-Target Pekerjaan
Setiap perencanaan yang disusun tentu
harus diupayakan pencapaiannya. Untuk
dapat tercapai diperlukan koordinasi berbagai pihak terkait, dari tingkat
terendah hingga pada pihak yang mengambil keputusan. Rata-rata jawaban responden berada pada
rentang 1,33 hingga 2 yang berarti Pencapaian target pekerjaan yang dilakukan
di Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Timur relatif kurang
disebabkan lemahnya koordinasi baik antara staf maupun antara bawahan dan
atasan, serta koordinasi dengan bidang-bidang yang terkait lainnya.
4.2.3. Indikator
Efektifitas Komunikasi Antara Pegawai Dalam Organisasi
Efektifitas
komunikasi antar pegawai ditandai dengan adanya komunikasi dua arah untuk
saling mendukung pada pelaksanaan tugas sehari-hari. Rata-rata jawaban responden berada pada
rentang 2 hingga 2,67 yang berarti bahwa komunikasi pegawai cukup efektif dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan.
Komunikasi terjadi tidak hanya di ruang rapat namun juga di ruang kerja,
bahkan di luar kantor.
Selanjutnya dari rata-rata nilai yang
diberikan responden disatukan untuk mengetahui tanggapan responden terhadap
Variabel Produktivitas Kerja secara
keseluruhan. Hasil penggabungan yang
dimaksud nampak bahwa indikator yang memiliki nilai tertinggi ada pada Indikator
Efektifitas komunikasi antara pegawai dalam organisasi, Indikator Efisiensi
waktu dalam pengerjaan suatu kegiatan dan Indikator Efektifitas pencapaian
target-target pekerjaan.
V.
Kesimpulan dan
Saran
A.
Kesimpulan
Berdasarkanhasilanalisisterhadap data yang
berhasildihimpun di lapangan, maka dapat diambil beberapakesimpulan
sebagaiberikut:
1. Dari hasil
analisis di ketahui VariabelKoordinasi
(X) dengan variabel Produktivitas (Y) uji statistik
korelasi product moment (rxy), dimana rxy
= 0,06484 menunjukkan bahwa rxy berada di antara 0,00 <rxy< 0,199,
artinya terjadi hubungan yang sangat rendah antara
Variabel Koordinasi (X) dengan Variabel Produktivitas Kerja.
2. Berdasarkan hasil perhitungan yang dibuat untuk pengujian
hipotesis dengan menggunakan Uji-t di dapat ttabel (24,0,025) = 2,064; maka t
< ttabel maka Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan peranan Koordinasi terhadap Produktivitas kerja pegawai.
3. Koordinasi
efektif terjadi di tingkat pegawai dalam suasana informal, sebaliknya
koordinasi antara atasan (pimpinan) dengan bawahan berlangsung kurang efektif
yang disebabkan kurangkonsistennya pimpinan
dalam menjalankan program-program kerja.
B.
Saran
Adapun saran yang
dapatdikemukakanberkaitandengankesimpulan di atasadalah:
1.
Model
komunikasi antara pimpinan dan bawahan tidak harus formal namun dapat
dilaksanakan secara konsisten, meskipun dalam pelaksanaan tugas tidak terlepas dari
adanya kepentingan-kepentingan tertentu yang mempengaruhinya.
2.
Perlu
adanya kesadaran semua pihak untuk senantiasa berpegang pada nilai-nilai obyektif
dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja pegawai.
3.
Pemberian
reward sajat idak cukup dalam memberi penghargaan
pada pegawai, namun perlu dilanjutkan dengan komunikasi yang efektif dalam upaya
mendorong produktivitas pegawai.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Faisal,
Sanapiah., 2001. Format-format Penelitian Sosial.
RajaGrafindo Persada,
[2] Handoko, Hani ., 2009. Manajemen, Edisi II, BPFE
dan LMP2M-YKPN, Jakarta Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 1990. Metode Penelitian Survai. LP3ES, Jakarta.
[3] Sinungan, Muchdarsyah., 1987. Produktivitas;
Apa dan Bagaimana, Bina Aksara, Jakarta.
[4] Sugiyono,
2007. Statistik Untuk Penelitian.
Alfabeta, Bandung. Jakarta.
[5] Thoha,
Miftah.,1973. Pokok-Pokok Penyempurnaan Tata Kerja, Balai Pembinaan Administrasi
Universitas Gadjah Mada, Yogyak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar